Kantor

Jl. SA. Tirtayasa No.02 (Gedung Islamic Centre Lantai 2) Kelurahan Jombang Masjid Kota Cilegon

Sikap Toleran Rasulullah ﷺ Terhadap Hal-Hal yang Tidak Disukainya

Rasulullah ﷺ adalah pribadi yang lembut, baik dari segi penampilan luar maupun batin. Dari wajahnya terlihat tanda-tanda kemarahan dan keridaannya. Ketika beliau sangat tersentuh perasaannya, beliau sering menyentuh janggutnya yang mulia.

Beliau tidak pernah secara langsung menegur seseorang atas sesuatu yang tidak disukainya. Suatu ketika, seorang lelaki masuk ke rumah beliau dengan mengenakan bedak berwarna kuning yang tidak disukai oleh Rasulullah ﷺ. Namun, tetapi beliau tidak mengatakan apa pun hingga orang tersebut pergi. Kemudian beliau berkata kepada beberapa orang, ‘Seandainya kalian mengatakan padanya untuk meninggalkan warna ini,’ yang beliau maksud adalah warna kuning tersebut.

Pernah suatu kali, seorang Arab Badui buang air kecil di dalam masjid di hadapan Rasulullah ﷺ. Para sahabat hendak menegurnya, namun Rasulullah ﷺ bersabda, “Jangan menghentikannya.” Setelah itu beliau menasihati orang tersebut, “Sesungguhnya masjid-masjid ini tidak layak untuk hal-hal yang kotor seperti air kencing dan kotoran.”  Dalam riwayat lain, beliau bersabda, “Dekati, dan jangan membuatnya lari.”

Suatu hari, seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah ﷺ meminta sesuatu, dan beliau memberinya apa yang diminta. Lalu beliau bertanya kepadanya, “Apakah aku telah berbuat baik kepadamu?” Orang Arab Badui itu menjawab, “Tidak, dan engkau tidak berlaku baik.” Maka para sahabat pun marah dan bangkit hendak menghajarnya. Rasulullah ﷺ memberi isyarat kepada mereka untuk menahan diri, lalu beliau masuk ke dalam rumah dan mengirim tambahan pemberian kepada orang Arab Badui tersebut. Setelah itu beliau bertanya lagi kepadanya, “Apakah aku telah berbuat baik kepadamu?” Orang Arab Badui itu menjawab, “Ya, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dari keluarga dan kerabatmu.”

Kemudian Rasulullah ﷺ berkata kepada orang Arab Badui itu, ‘Sesungguhnya engkau telah mengatakan sesuatu yang membuat para sahabatku merasa tersinggung. Jika engkau mau, katakanlah di depan mereka apa yang baru saja engkau katakan di hadapanku, agar hilang rasa itu dari hati mereka.’ Orang Arab Badui itu menjawab, “Baiklah.” Keesokan harinya atau pada waktu sore, orang Arab Badui itu datang, dan Rasulullah ﷺ berkata, “Orang ini telah mengatakan sesuatu, dan aku telah menambah pemberianku kepadanya hingga ia merasa puas. Bukankah demikian?” Orang Arab Badui itu menjawab, “Ya, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dari keluarga dan kerabatmu.”

Nabi ﷺ kemudian bersabda, ‘Perumpamaanku dengan Badui ini adalah seperti seorang pria yang mempunyai unta yang melarikan diri, lalu orang-orang mengejarnya, tetapi mereka hanya membuat unta itu semakin lari menjauh. Maka pemilik unta itu berkata, “Biarkan aku mengurus untaku sendiri karena aku lebih lembut dan lebih tahu tentang cara menanganinya.” Kemudian ia mengambil beberapa rumput dan memanggil untanya hingga unta itu datang dengan tenang, lalu ia memasang pelana dan menaikinya. Seandainya aku membiarkan kalian melakukan apa yang hendak kalian lakukan ketika orang ini berkata seperti itu, kalian pasti akan membunuhnya, dan dia akan masuk neraka.”

Diterjemahkan dari Kitab Adab al-Ma’isyah wa Akhlaq al-Nubuwwah karya Imam Ghazali
Terjemah lengkap kitab bisa diunduh gratis di sini:
https://lynk.id/pustakayasalam/BqgW8Db